Don't look book just from the cover. Jangan melihat buku dari sampulnya saja. Ungkapan itu sangatlah mengandung nilai-nilai yang tinggi dalam kehidupan. Bukan berarti buku secara harfiah ya. Tapi maknanya lebih luas. Bisa diartikan bahwa kita tidak boleh melihat seseorang dari tampilan luarnya saja. Intinya jangan mudah menilai orang atau meremehkannya secara kasat mata.
Karena hal tersebut bisa berakibat fatal! Seperti yang terjadi dalam sebuah dongeng konkret berikut ini. Kisah ini bermula dikala seorang wanita berusia sekitar 40 tahunan yang gres saja diangkat menjadi eksekutif di suatu perusahaan , dan kemudian membawa seorang anaknya untuk makan di kantor.
ilustrasi nenek tukang sapu / gambar via videoblocks.com |
Ketika sang anak membuang kantong plastik makanannya ke lantai , muncul seorang nenek sambil membawa sapu untuk membersihkan sampah tersebut. Melihat si nenek itu , ibu eksekutif lalu tersenyum sinis sambil berkata kepada anaknya yang kurang lebih begini , "nak , jikalau udah gede nanti mencar ilmu ya , jangan menyerupai nenek itu , udah bau tanah masih ngambil sampah!"
Si anak yang masih kecil itu pun menganggukkan kepalanya. Mendengar kata-kata yang barusan diucapkan si wanita eksekutif , nenek itupun balik bertanya , "Mohon maaf , numpang nanya , kau siapa ya di perusahaan ini?" Bukannya bersikap sopan , si wanita eksekutif dengan sombongnya menjawab , "Aku eksekutif gres di sini. Emang kenapa?"
Sang nenek pun hanya menganggukkan kepala tanpa membalas ucapan si wanita. Tak lama kemudian datang seorang pria dengan jas rapi menghampiri sang nenek. Si pria pun berkata , "Ibu CEO , sebentar lagi rapat akan dimulai , silakan masuk ke ruangan bu."
Saat itu juga nenek membuka jaket lusuhnya dan terlihat baju beserta jas yang rapi dibalik jaket tersebut. Tanpa diduga , nenek yang dianggap sebagai tukang kebersihan itu bahwasanya yaitu sang pendiri perusahaan.
Sang nenek pun berkata pada pria yang menghampirinya tadi , "Mas , tolong cabut jabatan wanita sombong ini , kita nggak perlu orang sombong menyerupai ia ada di perusahaan kita." Kemudian si pria mencatat nomor pekerja wanita sombong itu. Dan seketika , si wanita sombong dipecat pada hati itu juga.
Si wanita hanya melamun tak bisa berkata-kata. Sang nenek pun berkata pada anak si wanita. Dia menunjukkan wejangan bijak yang intinya , menjadi orang besar tidak ditentukan dengan kepintaran seseorang. Namun lebih kepada bagaimana kita , orang besar bisa menghargai dan membantu orang-orang yang berada di bawah kita.
Si anak yang masih kecil itu pun menganggukkan kepalanya. Mendengar kata-kata yang barusan diucapkan si wanita eksekutif , nenek itupun balik bertanya , "Mohon maaf , numpang nanya , kau siapa ya di perusahaan ini?" Bukannya bersikap sopan , si wanita eksekutif dengan sombongnya menjawab , "Aku eksekutif gres di sini. Emang kenapa?"
Sang nenek pun hanya menganggukkan kepala tanpa membalas ucapan si wanita. Tak lama kemudian datang seorang pria dengan jas rapi menghampiri sang nenek. Si pria pun berkata , "Ibu CEO , sebentar lagi rapat akan dimulai , silakan masuk ke ruangan bu."
Saat itu juga nenek membuka jaket lusuhnya dan terlihat baju beserta jas yang rapi dibalik jaket tersebut. Tanpa diduga , nenek yang dianggap sebagai tukang kebersihan itu bahwasanya yaitu sang pendiri perusahaan.
Sang nenek pun berkata pada pria yang menghampirinya tadi , "Mas , tolong cabut jabatan wanita sombong ini , kita nggak perlu orang sombong menyerupai ia ada di perusahaan kita." Kemudian si pria mencatat nomor pekerja wanita sombong itu. Dan seketika , si wanita sombong dipecat pada hati itu juga.
Si wanita hanya melamun tak bisa berkata-kata. Sang nenek pun berkata pada anak si wanita. Dia menunjukkan wejangan bijak yang intinya , menjadi orang besar tidak ditentukan dengan kepintaran seseorang. Namun lebih kepada bagaimana kita , orang besar bisa menghargai dan membantu orang-orang yang berada di bawah kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar