Suatu hari seorang ustadz menggelar pengajian dzikrul maut di sebuah masjid. Dalam pengajian itu , dia membahas bahan wacana janjkematian selama 2 jam. Pada selesai program , sang ustadz menunjukkan kepada jamaah , siapa yang siap melaksanakan simulasi menjadi mayit selama 5 menit.
Panitia pengajian telah menyiapkan segala keperluannya. Mulai dari meja , kain kafan , hingga liang lahat di bersahabat masjid. Dan alhasil ada seorang jamaah pria yang bersedia mendapatkan “tantangan” tersebut. Jamaah pria itu segera naik ke atas meja , berbaring di sana untuk dipakaikan kain kafan.
Ilustrasi mayit / gambar via nbcnews.com |
Begitu si jamaah naik di atas meja , ditutuplah matanya dan ditempeli kain kafan pada pipinya. Seketika itu , diapun menangis , menangis terisak-isak. Kemudian panitia menyedekapkan tangan si jamaah dan membungkuskan kain kafan. Dua adik kembar si jamaah yang berada di sebelah meja tak kuasa menahan air mata. Mereka membayangkan kalau kakaknya benar-benar meninggal.
Terdengar hiruk pikuk orang-orang di masjid. Ada yang ikut duka dan menangis , ada pula yang hanya mengobrol. Sang ustadz menyuruh si pria itu untuk membayangkan peluang semua amal sholeh yang tidak dikerjakan olehnya , mulai dari sholat malam , puasa sunnah hingga berbakti pada orang tua.
Kemudian sang ustadz juga menyuruhnya untuk membayangkan setiap peluang dosa yang dilakukan si pria. Banyak dosa dilakukan sehingga tak sempat bertaubat dan Tuhan menghukum si pria itu.
Terdengar hiruk pikuk orang-orang di masjid. Ada yang ikut duka dan menangis , ada pula yang hanya mengobrol. Sang ustadz menyuruh si pria itu untuk membayangkan peluang semua amal sholeh yang tidak dikerjakan olehnya , mulai dari sholat malam , puasa sunnah hingga berbakti pada orang tua.
Kemudian sang ustadz juga menyuruhnya untuk membayangkan setiap peluang dosa yang dilakukan si pria. Banyak dosa dilakukan sehingga tak sempat bertaubat dan Tuhan menghukum si pria itu.
Mendengar perintah sang ustadz , si pria semakin sesenggukan. Air matanya semakin tak tertahan. Kemudian panitia mendatangkan keranda jenazah. Si jamaah pria pun dimasukkan ke dalam keranda dan dibawa ke liang lahat.
Setelah diturunkan ke liang lahat , pria itu disuruh membuka matanya. Kemudian sang ustadz pun berkata kepada si pria bahwa inilah rumah si pria sekarang , dan sebentar lagi si pria akan ditanya oleh 2 malaikat.
Belum genap lima menit ia berada di liang lahat. Dan kemudian si pria pun keluar dari liang lahat dengan sempoyongan. Sesampainya di masjid , ia disuruh menceritakan apa yang dirasakannya dikala melaksanakan simulasi menjadi jenazah.
Si pria memegang mic dengan gemetaran. Suaranya parau. Kata-katanya tidak begitu terang sebab terhalang isak tangis. Yang terang , si pria tersebut mengaku taubat. Dia sering meninggalkan sholat dan kurang berbakti kepada orang tua. Dosa-dosanya disebutkan satu per satu. Ia tidak peduli dengan banyaknya jamaah lain yang juga berada di masjid. 5 menit menjadi mayit telah memberinya sebuah kesadaran baru.
Belum genap lima menit ia berada di liang lahat. Dan kemudian si pria pun keluar dari liang lahat dengan sempoyongan. Sesampainya di masjid , ia disuruh menceritakan apa yang dirasakannya dikala melaksanakan simulasi menjadi jenazah.
Si pria memegang mic dengan gemetaran. Suaranya parau. Kata-katanya tidak begitu terang sebab terhalang isak tangis. Yang terang , si pria tersebut mengaku taubat. Dia sering meninggalkan sholat dan kurang berbakti kepada orang tua. Dosa-dosanya disebutkan satu per satu. Ia tidak peduli dengan banyaknya jamaah lain yang juga berada di masjid. 5 menit menjadi mayit telah memberinya sebuah kesadaran baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar